Pendahuluan
dan Ruang Lingkup Manajemen
Nama : Ayu Aisyah Amini
NPM :
21216231
Kelas : 4EB10
Mata Kuliah : Manajemen Sumber Daya Manusia
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2019
Bab I
Pendahuluan
Pendahuluan dan Ruang Lingkup
Manajemen
Setiap Organisasi memiliki orang didalamnya, baik organisasi
yang berskala kecil maupun besar, orang atau manusia merupakan unsur penting
dalam menentukan apakah sebuah organisasi dapat beroperasi sesuai dengan efektif
dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi tersebut. Pada dasarnya, gagal
atau suksesnya sebuah organisasi dalam mencapai tujuannya sangat tergantung
pada manusia yang mengelola organisasi tersebut. Manusia atau Karyawan yang
berada dalam suatu organisasi biasanya disebut dengan Sumber Daya Manusia atau
SDM.
Untuk mengembangkan dan mengoptimalkan kapabilatas serta
kinerjanya, diperlukan suatu manajemen untuk mengelolanya. Manajemen tersebut
biasanya disebut dengan Manajemen Sumber Daya Manusia atau disingkat dengan
MSDM. Manajemen Sumber Daya Manusia dalam bahasa Inggris disebut dengan Human
Resources Management (HRM) sedangkan Departemen dalam organisasi yang mengelola
Sumber Daya Manusia disebut dengan Human Resouse Department atau disingkat dengan
HRD.
Jika dilihat dari definisinya, Manajemen Sumber Daya
Manusia (MSDM) adalah suatu process perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalianterhadap kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan,
pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pemberhentian sumber
daya manusia agar tercapai berbagai tujuan individu, organisasi dan masyarakat
(Menurut Edwin Flippo).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Manajemen
Beberapa
ahli di bidang ilmu manajemen menjelaskan apa arti manajemen. Pendapat para
ahli ini bisa kita jadikan sebagai landasan untuk lebih memahami tentang ilmu
manajemen.
Berikut
adalah definisi manajemen menurut para ahli:
1.
Mary Parker
Follet
Menurut
Mary Parker Follet, pengertian manajemen adalah sebuah seni dalam menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain. Dengan kata lain, seorang manajer bertugas
mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan sebuah organisasi.
2.
George R.
Terry
Menurut George Robert
Terry, pengertian manajemen adalah
sebuah proses yang khas yang terdiri dari beberapa tindakan;
perencanaan, pengorganinasian, menggerakkan, dan pengawasan.
Semua
itu dilakukan untuk menentukan dan mencapai target atau sasaran yang ingin
dicapai dengan memanfaatkan semua sumber daya, termasuk sumber daya manusia dan
sumber daya lainnya.
3.
Henry Fayol
Menurut
Henry Fayol, pengertian manajemen adalah suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengawasan/ kontrol terhadap sumber
daya yang ada agar mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
4.
Ricky W.
Griffin
Menurut
Ricky W. Griffin, pengertian manajemen adalah sebuah proses perencanaan, proses
organisasi, proses kordinasi, dan proses kontrol terhadap sumber daya untuk mencapai
tujuan dengan efektif dan efisien.
Efektif
berarti tujuan dapat tercapai sesuai rencana, sedangkan efisien artinya tugas
dijalankan dengan benar, teroganisir, dan selesai sesuai jadwal.
5.
Lawrence A.
Appley
Menurut
Lawrence A. Appley, arti manajemen adalah sebuah keahlian yang dimiliki
seseorang atau organisasi untuk menggerakkan orang lain agar mau melakukan
sesuatu.
6.
Oey Liang Lee
Menurut
Oey Liang Lee, pengertian manajemen adalah ilmu atau seni dalam perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan pengendalian terhadap sumber daya
yang ada untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
7.
Hilman
Menurut
Hilman, pengertian manajemen adalah fungsi untuk mencapai suatu tujuan melalui
perantara kegiatan orang lain serta mengawasi usaha-usaha setiap individu guna
mencapai tujuan yang sama.
8.
Dr. Ahuja
Menurut
Dr. Ahujae, pengertian manajemen adalah pihak-pihak yang menawarkan/
menyediakan jasa untuk bidang yang berhubungan dengan manajemen.
9.
Renville
Siagian
Menurut
Renville Siagian, pengertian Manajemen adalah salah satu bidang usaha yang
bergerak di bidang jasa pelayanan yang dikelola oleh tenaga ahli yang terlatih
dan berpengalaman.
10. Dr. Bennett N.B Silalahi, M.A
Menurut
Dr. Bennett N.B Silalahi, M.A, pengertian manajemen adalah ilmu perilaku yang
terdiri dari aspek sosial eksak bukan dari tanggungjawab keselamatan serta
kesehatan kerja baik dari sisi perencanaannya.
11. James A.F Stoner
Menurut
James A. F. Stoner, pengertian manajemen adalah suatu proses perencaan,
pengorganisasian, leadership, serta pengendalian upaya dari anggota organisasi
tersebut serta penggunaan Sumber daya yang tersedia di organisasi tersebut guna
mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan organisasi sebelumnya.
2.2 Fungsi-fungsi
Manajemen
Fungsi Manajemen
adalah sebagai elemen dasar yang harus melekat dalam manajemen sebagai acuan
manajer (seseorang yang mengelola manajemen) dalam melaksanakan tugas untuk
mencapai tujuan dengan cara merencanakan, mengorganisir, mengordinasi dan
mengendalikan.
Mengacu pada
pengertian Manajemen di atas, terdapat 5 fungsi utama manajemen dalam bisnis,
yaitu:
1.
Perencanaan (Planning)
Perencanaan
adalah yang paling penting dalam sebuah manajemen bisnis. Seorang manajer yang mengelola
manajemen dalam perusahaan atau bisnis akan merencanakan dan mengevaluasi
setiap tindakan yang sudah dan yang belum ditindaklanjuti dalam bisnis.
Perencanaan
penting untuk menentukan secara keseluruhan tujuan perusahaan dan upaya untuk
memenuhi tujuan tersebut. Manajer selalu bertindak sebagai seseorang yang
mencari alternatif dalam mencapai tujuan akhir, mencakup rencana jangka pendek,
menengah maupun jangka panjang.
Tanpa
perencanaan yang tepat dalam bisnis yang sedang berkembang bisa membuat bisnis
tidak berjalan sesuai dengan jalurnya. Penyimpangan ini bisa berakibat pada
ketidakteraturan hingga kebangkrutan.
2.
Pengorganisasian (Organizing)
Fungsi manajemen dalam bisnis yang
kedua adalah sebagai pengorganisasian dengan membagi kegiatan besar menjadi
beberapa kegiatan kecil atau serangkaian kegiatan. Tujuannya adalah untuk
mempermudah manajer melakukan pengawasan yang lebih efektif dan
menentukan sumber daya yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan yang sudah dibagi
menjadi lebih efisien.
Pengorganisasian secara lebih
gampang dapat dilaksanakan dengan menentukan apa tugas yang dikerjakan, siapa
yang mengerjakan dan bagaimana harus dikerjakan. Hal ini bertujuan untuk
mencapai tujuan bisnis melalui proses yang lebih terstruktur atau
terorganisasi.
3. Penempatan (Staffing)
Mirip dengan organizing, namun
penggunaannya lebih luas. Bila organizing lebih memperhatikan manajemen
sumber daya manusia,
maka staffing lebih memperhatikan sumber daya secara umum. Beberapa sumber daya
tersebut diantaranya; peralatan, perlengkapan, dan inventaris yang ada pada
sebuah organisasi.
4. Pengarahan
(Directing)
Fungsi manajamen dalam bisnis yang
terakhir adalah sebagai suatu tindakan yang mengupayakan agar setiap anggota
bisnis atau kelompok mampu mencapai sasaran dan target sesuai prosedur
manajerial yang sudah direncanakan. Seorang manajer akan melakukan pengarahan
jikalau terjadi masalah atau jika apa yang dikerjakan tidak sesuai dengan yang
direncanakan.
Karena tidak semua hal yang
direncanakan dalam bisnis bisa diwujudkan secara nyata dalam tindakan,
mengingat banyak kejadian yang tidak bisa terduga sebelumnya. Sehingga
disinilah fungsi manajemen sebagai pengarahan agar apa yang dikerjakan sumber
daya masih berada pada jalur yang semestinya.
5. Pengawasan
(Controlling)
Dari serangkaian rencana dan
tindakan yang sudah dijalankan, perlu adanya pengawasan atau controlling.
Fungsi manajemen bisnis dalam hal ini adalah melakukan evaluasi secara
menyeluruh terhadap kinerja sumber daya perusahaan.
Manajer secara aktif akan melakukan
pengawasan terhadap sumber daya yang sudah diorganisasi sebelumnya dan
memastikan apa yang dikerjakan sesuai dengan yang direncanakan. Adanya kesalahan
atau penyimpangan dalam menjalankan tugas dapat dikoreksi untuk menjadi
pembelajaran pada perencanaan tahap berikutnya.
Klasifikasi dari masing-masing
sumber daya juga penting untuk menjadi bahan klasifikasi supaya tidak
menimbulkan dominansi dari manajer saja. Bisnis yang baik adalah bisnis yang
anggotanya mampu bekerjasama sacara tim dan berjalan secara simultan. Beberapa
hal yang harus terpenuhi untuk melakukan pengawasan yaitu:
a. Jalur (routing): manajer harus menetapkan jalur untuk
memperkecil resiko kesalahan yang terjadi
b.
Penetapan
waktu (scheduling):
manajer harus memiliki waktu rutin untuk melakukan pengawasan, misalnya saja
satu bulan satu kali atau dua kali
c.
Perintah
pelaksanaan (dispatching):
manajer memiliki sikap untuk mendorong dan memerintah agar setiap sumber daya
menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan
d.
Tindak
lanjut (follow up):
manajer melakukan evaluasi dan memberikan solusi dari segala yang permasalahan
yang terjadi selama proses mencapai tujuan untuk meminimalisisr terjadinya
kesalahan yang sama.
2.3
Pengertian Sumber Daya Manusia
Beberapa ahli telah merumuskan arti dari
sumber daya manusia (SDM) yaitu sebagai berikut:
1.
Sonny Sumarsono
Sonny Sumarsono (2003)
mengartikan bahwa sumber daya manusia mempuyai beberapa pengertian yaitu sumber daya
manusia adalah usaha kerja yang
bermanfaat bagi keberlangsungan produksi. Sedangkan makna yang kedua, sumber
daya manusia merupakan kelompok manusia yang terdiri dari manusia yang memiliki
kemampuan untuk memberikan jasa.
2.
M.T.E Hariandja
Sumber daya manusia
oleh Hariandja dimaknai sebagai salah satu faktor penting bagi sebuah
perusahaan selain faktor modal. Faktor sumber
daya manusia ini dianggap penting
karena membutuhkan pengelolaan yang baik dalam rangka peningkatan mutu
organisasi maupun perusahaan.
3.
Mathis dan
Jackson
Menurut Mathis dan
Jackson (2006), sumber daya
manusia merupakan suatu rancangan
berbagai sistem formal dalam perusahaan maupun organisasi yang berfungsi untuk
menjaga agar penggunaan bakat dan minat manusia dapat digunakan untuk mencapai
tujuan organisasi atau perusahaan tersebut secara efektif dan efisien.
4.
Hasibuan
Sumber daya manusia
menurut Hasibuan adalah manusia yang mempunyai kemampuan terpadu yang dicirikan
dengan pola pikir dan daya fisik yang baik. Perilaku dan watak sumber
daya manusia berasal dari
lingkungannya sedangkan prestasi dan motivasi kerja berasal dari keinginan
dirinya sendiri.
5.
Ermaya
Pengertian sumber daya
manusia menurut Ermaya adalah suatu faktor utama yang penting dalam tiap proses
pembangunan negara, perusahaan, maupun organisasi. Di dalam pembangunan ini sumber daya
manusia memberi pengaruh yang
bermanfaat sehingga harus diatur dan dijaga. Peran yang dimiliki sumber daya
manusia ada dua yaitu sebagai objek serta subjek dari proses pembangunan.
6.
Abdurrahmant
Fathoni
Abdurrahmant Fathoni
mengartikan sumber daya manusia sebagai kekayaan atau modal suatu negara yang penting
bagi segala aktivitas manusia sehingga mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Untuk itu, diperlukan analisis pengembangan dengan metode yang sesuai dengan
memperhatikan beberapa unsur seperti waktu, skill (kemampuan), dan daya yang dimiliki oleh
setiap manusia.
7.
Gouzali Syadam
Gouzali Syadam
mengartikan sumber daya manusia sebagai human resource yang merupakan sumber
utama dalam proses kegiatan di lingkungan sekitar. Beberapa ahli menyampaikan
bahwa sumber daya
manusia adalah sekelompok tenaga
kerja yang memberikan daya dan upayanya kepada sebuah organisasi maupun
perusahaan secara luas.
Begitu banyak pengertian
sumber daya manusia yang dibuat oleh
parah ahli baik dari kalangan politisi, ekonom, dan sebagainya. sumber daya
manusia memiliki peranan dalam suatu pengembangan, pembangunan, maupun proses
yang lain.
2.4
Fungsi-fungsi Operasional SDM
Secara
umum, fungsi-fungsi operasional sumber daya manusia mencakup pengadaa,
pengembangan, perencanaan dan pengembangan karier, penilaian prestasi kerja,
kompensasi (kompensasi langsung dan tidak langsung), keselamatan dan kesehatan
kerja dan putusan hubungan kerja (PHK).
1.
Pengadaan Tenaga Kerja
Fungsi
Pengadaan tenaga kerja merupakan fungsi yang pertama dari fungsi manajemen.
Sasaran pengadaan adalah untuk memperoleh sumber daya manusia dalam jumlah dan
kualifikasi SDM yang tepat bagi organisasi. Pengadaan yang berhasil akan
menghasilkan penerimaan organisasi atas seseorang, yang merasakan pekerjaannya.
Pengadaan tenaga kerja terdiri atas analisis pekerjaan, perencanaan
tenaga kerja, penarikan dan seleksi.
a.
Analisis
Pekerjaan
Analisis
pekerjaan merupakan suatu proses penyelidikan yang sistematis untuk memahami
tugas-tugas, ketrampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melaksnakan
pekerjaan dalam sebuah organisasi.
b.
Perencanaan
Tenaga Kerja
Perencanaan
tenaga kerja adalah suatu proses penyediaan tenaga kerja dalam kuantitas dan
kualitas yang diperlukan oleh sebuah organisasi pada waktu yang tepat.
c.
Penarikan
tenaga kerja
Penarikan
tenaga kerja merupakan sebuah proses yang bertujuan untuk memperoleh sejumlah
calon karyawan yang memenuhi persyaratan (berkualitas). Proses ini diawali
dengan pemahaman akan adanya lowongan, tugas-tugas yang dikerjakan, kualifikasi
dan system kompensasi yang berlaku, sehingga adalah wajar jika proses ini
merupakan langkah-langkah dari analisis pekerjaan dan perencanaan tenaga kerja
maupun langkah-langkah yang diperlukan dalam penetapan sistem kompensasi,
seperti evaluasi pekerjaan dan survei upah dan gaji.
d.
Seleksi
Tujuan
seleksi adalah untuk mendapatkan tenaga kerja yang memenuhi syarat atau
mempunyai kualifikasi sebagaimana tercantum dalam spesifikasi pekerjaan. Proses
penarikan dan seleksi karyawan bertujuan untuk mendapatkan karyawan yang dapat
membantu tercapainya tujuan perusahaan, atau usaha untuk memperoleh jumlah
tenaga kerja karyawan yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi.
2.
Pengembangan Karyawan
Pengembangan
karyawan dapat dilakukan melalui orientasi, pelatihan dan pendidikan. Pada
hakekatnya yang ditujukan untuk menyesuaikan persyaratan atau kualifikasi yang
dibutuhkan untuk untuk melaksanakan pekerjaannya (sekarang atau pada masa
mendatang) dengan kualifikasi yang dimiliki karyawan sekarang.
a.
Orientasi
Orientasi
dapat hanya berupa pengenalan sederhana dengan karyawan lama atau dapat
merupakan proses panjang, yang meliputi pemberian informasi mengenai
kebijaksanaan-kebijaksanaan personalia (kondisi kerja, upah dan jaminan
social), prosedur kerja, gambaran umum/sejarah, sifat perusahaan dan
manfaat-manfaat yang diperoleh karyawan baru. Dengan kata lain, tahap
orientasi merupakan kegiatan pengenalan dan penyesuaian karyawan baru dengan
organisasi. Proses ini penting karena pekerjaan baru terasa sulit dan dapat
menyebabkan frustasi bagi karyawan. Proses orientasi perlu dilakukan dengan
hati-hati dan bijaksana.
b.
Pelatihan
Suatu
usaha untuk meningkatkan ketrampilan karyawan untuk melakukan pekerjaan
tertentu. Pelatihan diberikan kepada karyawan yang baru diterima guna
memperkenalkan tugas yang akan dikerjakan, kewajiban didalam melaksanakan suatu
pekerjaan tertentu.
c.
Pendidikan
Suatu
usaha untuk meningkatkan pengetahuan atau pemahaman tentang suatu pekerjaan.
Konsep ini biasa dikenal sebagai pengembangan.
2.5 Variabel-Variabel
Lain Yang Mempengaruhi Keberhasilan Organisasi
Dari uraian di atas dapat diketahui
selain keadilan dalam mengelola SDM keberhasilan organisasi juga di pengaruhi
oleh karakteristik organisasi, karakteristik pekerjaan, karakteristik individu,
sikap dan perilaku karyawan, secara langsung maupun tidak langsung
1.
Karakteristik individu
karakter
individu terdiri atas jenis kelamin, tingkat pendidikan, umur, masa kerja,
status perkawinan,, jumlah tanggungan, dan posisi, peneliti peneliti dalam
bidang manajemen SDM dan perilaku organisasi banyak melakukan penelitian
tentang hubungan karakteristik individu dengan sikap dan perilaku
karyawan (panggabean,2001;2002)
2.
Karekteristik organisasi
Karakteristik
organisasi meliputi kompleksitas , formalisasi ,dan sentralisasi kompleksitas
mencerminkan jumlah unit yang ada dalam organisasi formalisasi merujuk kepada
banyaknya pelaksanaan tugas yang bersandarkan kepada peraturan , sedangkan
sentralisasi di definisikan sebagai siapa yang dapat mengambil
keputusan (pemimpin atau pelaksana) sentralisasi ada jika keputusan di tangan
pemimpin, sebaliknya akan di katakana ada desentralisasi jika jawaban tentang
apa, bagaimana, kapan, dan dengan siapa pekerjaan akan dilaksanakan diputuskan
oleh pelaksana semakin banyak pertanyaan itu dapat di jawab sendiri oleh
pelaksana maka semakin dapat dikatakan ada desentralisasi, bagaiman pengaruh
karakteristik organisasi terhadap sikap dan perilaku karyawan banyak di lakukan
oleh para peneliti di bidang teori organisasi dan perilaku organisasi (Melcher
1976)
3. Karakteristik
pekerjaan
Karakteristik
pekerjaan terdiri atas keanekaragaman tugas, identitas tugas, keberartian tugas
otonomi dan umpan balik berbagai penelitian dalam bidang manajemen SDM
dan perilaku organisasi banyak meneliti hubungan antara karakteristik
tugas dan perilaku berikut di bahas pengertian dari masing masing konsep
a. Keanekaragaman
tugas
Merujuk
kepada adanya kemungkinan bagi karyawan untuk melaksanakan kegiatan , prosedur,
dan bahkan peralatan yang berbeda pekerjaan yang beraneka ragam biasanya di
pandang sebagai pekerjaan yang menantang karena mereka menggunakan
keterampilan yang mereka milik.
b. Identitas
tugas
Memungkinkan
karyawan mengerjakan sebuah pekerjaan secara menyeluruh sanagt terspesialisasi
cenderung menciptakan tugas yang rutin dan mengakibatkan seseorang hanya
mengerjakan satu bagian saja dari keseluruhan pekerjaan , hal ini menimbulkan
adanya perasaan tidak melakukan apa apa oleh karena itu dengan memperluas
tugas tugas yang dapat meningkatkan perasaan mangerjakan seluruh pekerjaan
berarti meningkatkan identitas tugas.
c. Keberartian
tugas
Merujuk
kepada besarnya pengaruh dari pekerjaan yang di lakukan seseorang terhadap
pekerjaan orang lain. Sangat penting bagi seseorang untuk mempunyai perasaan
melakukan pekerjaan yang sangat berarti bagi perusahaan maupun masyarakat untuk
itu adalah penting apabila pemimpin memberitahukan di depan orang lain bahwa
pekerjaannya sangat berarti bagi perusahaan.d.
d. Otonomi
Merujuk
kepada adanya ide bahwa karyawan dapat mengendalikan sendiri tugas
tugasnya hal ini penting untuk menimbulkan rasa tanggung jawab .cara yang umum
di pakai adalah melalui manajemen berdasarkan sasaran.karena dengan cara ini
karyawan memiliki kesempatan untuk menentukan sendiri tujuan pribadi dan tujaun
kerjanya.
e. Umpan
balik
Merujuk
kepada informasi yang diterima oleh pekerja tentang seberapa baiknya ia
melaksanakan tugasnya . penelitian tentang hubungan karakteristik pekerjaan
dengan sikap dan perilaku organisasi banyak dilakukan oleh peneliti di bidang
MSDM dan perilaku organisasi.
2.6 Sikap
Kerja
Manajemen Sumber Daya manusia. Didalam kamus bahasa
Indonesia menjelaskan sikap adalah perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan
pendirian (Wjs. Poerwadarminta,2002:944).
Sedangkan kerja adalah melakukan sesuatu (Wjs.
Poerwadarminta, 2002:492). Menurut pengertian dari Agus Maulana, sikap kerja
karyawan adalah cara kerja karyawan didalam mengkomunikasikan suasana karyawan
kepada pimpinan ataupun perusahaan. Karyawan merasakan adanya kesenangan yang
mendalam terhadap pekerjaan yang dilakukan.
Loyal adalah patuh, setia (Wjs. Poerwadarminta, 2002:609).
Dari pengertian diatas, kesimpulannya adalah suatu kecenderungan karyawan untuk
pindah ke perusahaan lain. Apabila karyawan bekerja pada suatu perusahaan, dan
perusahaan tersebut telah memberikan fasilitas – fasilitas yang memadai dan
diterima oleh karyawannya, maka kesetiaan karyawan terhadap perusahaan akan
semakin besar, maka timbul dorongan yang menyebabkan karyawan melakukan pekerjaan
menjadi lebih giat lagi.
Fasilitas – fasilitas yang diterima oleh karyawan sehingga
karyawan mau bekerja sebaik mungkin dan tetap loyal pada perusahaan, hendaknya
perusahaan memberikan imbalan yang sesuai kepada karyawannya. Semua itu
tergantung pada situasi dan kondisi perusahaan tersebut serta tujuan yang ingin
dicapai.
Untuk itu perusahaan mengemukakan beberapa cara:
1.
Gaji
yang cukup
2.
Memberikan
kebutuhan rohani.
3.
Sesekali
perlu menciptakan suasana santai.
4.
Menempatkan
karyawan pada posisi yang tepat.
5.
Memberikan
kesempatan pada karyawan untuk maju.
6.
Memperhatikan
rasa aman untuk menghadapi masa depan.
7.
Mengusahakan
karyawan untuk mempunyai loyalitas.
8.
Sesekali
mengajak karyawan berunding.
9.
Memberikan
fasilitas yang menyenangkan. (Nitisemito, 1991:167)
Sebab –
sebab turunnya loyalitas dan sikap kerja itu dikarenakan banyak sebab misalnya,
upah yang mereka terima tidak sesuai dengan pekerjaannya, tidak cocoknya dengan
gaya perilaku pemimpin, lingkungan kerja yang buruk dan sebagainya. Untuk
memecahkan persoalan tersebut, maka perusahaan harus dapat menemukan penyebab
dari turunnya loyalitas dan sikap kerja karyawan itu disebabkan pada prinsipnya
turunnya loyalitas dan sikap kerja karyawan itu disebabkan oleh ketidakpuasan
para karyawan. Adapun sumber ketidakpuasan bisa bersifat material dan non
material yang bersifat material antara lain: rendahnya upah yang diterima,
fasilitas minimum. Sedangkan yang non material
antara lain: penghargaan sebagai manusia, kebutuhan – kebutuhan yang berpartisipasi dan sebagainya (S. Alex Nitisemito, 1991:167).
antara lain: penghargaan sebagai manusia, kebutuhan – kebutuhan yang berpartisipasi dan sebagainya (S. Alex Nitisemito, 1991:167).
Indikasi –
indikasi turunnya loyalitas dan sikap kerja karyawanantara lain
1. Turun/ rendahnya produktivitas
kerja.
Turunnya
produktivitas kerja ini dapat diukur atau diperbandingkan dengan waktu
sebelumnya. Produktivitas kerja yang turun ini dapat terjadi karena kemalasan
atau penundaan kerja.
2. Tingkat absensi yang naik.
Pada
umumnya bila loyalitas dan sikap kerja karyawan turun, maka karyawan akan malas
untuk datang bekerja setiap hari. Bila ada gejala – gejala absensi naik maka
perlu segera dilakukan penelitian.
3. Tingkat perpindahan buruh yang
tinggi.
Keluar
masuknya karyawan yang meningkat tersebut terutama adalah karena tidak
senangnya para karyawan bekerja pada perusahaan. Untuk itu mereka berusaha
mencari pekerjaan lain yang dianggap sesuai. Tingkat perpindahan buruh yang
tinggi selain dapat menurunkan produktivitas kerja, juga dapat mempengaruhi kelangsungan
jalannya perusahaan.
4. Kegelisahan dimana – mana.
Loyalitas
dan sikap kerja karyawan yang menurun dapat menimbulkan kegelisahan sebagai
seorang pemimpin harus mengetahui bahwa adanya kegelisahan itu dapat terwujud
dalam bentuk ketidak terangan dalam bekerja, keluh kesah serta hal – hal yang
lain.
5. Tuntutan yang sering terjadi.
Tuntutan
yang sebetulnya merupakan perwujudan dan ketidakpuasan, dimana pada tahap
tertentu akan menimbulkan keberanian untuk mengajukan tuntutan.
6. Pemogokan.
Tingkat
indikasi yang paling kuat tentang turunnya loyalitas dan sikap kerja karyawan
adalah pemogokan. Biasanya suatu perusahaan yang karyawannya sudah tidak merasa
tahan lagi hingga memuncak, maka hal itu akan menimbulkan suatu tuntutan, dan
bilamana tuntutan tersebut tidak berhasil, maka pada umumnya para karyawan
melakukan pemogokan kerja. (S. Alex Nitisemito,1991:163 – 166).
Pada kategori usia para karyawan yang berbeda menunjukkan aksentuasi loyalitas yang berbeda pula seperti uang diuraikan berikut ini:
1. Angkatan kerja yang usianya di
atas lima puluh tahun menunjukkan loyalitas yang tinggi pada organisasi.
Mungkin alasan – alasan yang menonjol ialah bahwa mereka sudah mapan dalam
kekaryaannya, penghasilan yang memadai, memungkinkan mereka menikmati taraf
hidup yang dipandangnya layak. Banyak teman dalam organisasi, pola karirnya
jelas, tidak ingin pindah, sudah “terlambat” memulai karier kedua, dan dalam
waktu yang tidak terlalu lama akan memasuki usia pensiun. Seperti yang terdapat
dalam perusahaan UD. DUTA RASA, dalam perusahaan ini ada beberapa karyawan
tetapnya adalah karyawan dengan umur sekitar 50an dan sudah bekerja cukup lama
dalam perusahaan sedangkan para karyawan kontraknya adalah karyawan yang masih
muda.
2. Tenaga kerja yang berada pada
kategori usia empat puluhan menunjukkan loyalitas pada karir dan jenis profesi
yang selama ini ditekuninya. Misalnya, seseorang yang menekuni karir di bidang
keuangan akan cenderung “ bertahan” pada bidang tersebut meskipun tidak berarti
menekuninya hanya dalam organisasi yang sama. Karena itu pindah ke profesi
lain, tetapi bergerak di bidang yang sama, bukanlah merupakan hal yang aneh.
Barangkali alasan pokoknya terletak pada hasrat untuk benar – benar mendalami
bidang tertentu itu karena latar belakang pendidikan dan pelatihan yang pernah
ditempuh, bakat, minat, dan pengalaman yang memungkinkannya menampilkan kinerja
yang memuaskan yang pada gilirannya membuka peluang untuk promosi, menambah
penghasilan, dan meniti karir secara mantap.
3. Tenaga kerja dalam kategori 30 –
40 tahun menunjukkan bahwa loyalitasnya tertuju pada diri sendiri. Hal ini
dapat dipahami karena tenaga kerja dalam kategori ini masih terdorong kuat
untuk memantapkan keberadaannya, kalau perlu berpindah dari satu organisasi ke
organisasi lain dan bahkan mungkin juga dari satu profesi ke profesi lain. Di
samping itu pula didukung oleh tingkat kebutuhan yang semakin lama semakin
meningkat tetapi tidak diimbangi dengan pemasukan yang cukup sehingga banyak
para pekerja yang mencari pekerjaan lain yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari – hari.
4. Bagi mereka yang lebih muda dari
itu, makna loyalitas belum diserapi dan kecenderungan mereka masih lebih
mengarah kepada gaya hidup santai, apabila mungkin disertai dengan kesempatan
“berhura – hura” Pada kenyataan sehari – hari banyak sekali terjadi kecurangan
– kecurangan yang dilakukan oleh para karyawan yang umumnya mempunyai umur
relatif muda hal itu juga dipicu oleh tingkat angan – angan yang tinggi, tetapi
tidak diiringi oleh tingkat kerajinan yang tinggi dari dalam dirinya sendiri,
oleh karena itu tingkat penganggguran semakin lama semakin meningkat (S. Alex
Nitisemito, 1991:170-171).
Berdasar fitrahnya setiap
manusia dilahirkan sebagai orang bersih. Dia ingin berbuat yang
terbaik bagi dirinya dan juga untuk orang lain serta lingkungannya. Dalam
prosesnya, disamping karena faktor diri sendiri (internal) maka faktor
eksternal sangat mempengaruhi pembentukan perilaku
seseorang: Ada manusia yang berperilaku baik dan ada yang
buruk; Ada yang rendah hati dan ada yang tinggi hati; Ada yang
introvert dan ada yang ekstrovert. Begitu juga dalam nuansa sebagai
pekerja: Ada yang malas dan ada yang rajin; Ada yang produktif dan ada yang
tidak produktif; Ada yang senang pada tantangan kerja dan ada yang menjauhi
tantangan kerja; Ada yang memiliki ambisi pribadi yang kuat dan ada yang lemah.
Pertanyaannya
adalah mengapa terjadi keragaman perilaku manusia khususnya di
kalangan
karyawan?
Kenyataan
empiris dan praktis menunjukkan bahwa perilaku seseorang, misalnya dalam
pekerjaan yakni produktivitas kerja, dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik seperti
digambarkan dalam formula persamaan berikut:
Y (perilaku)
= f ( Xi, Xe ); ceteris paribus.
1.
Unsur
intrinsik (Xi) antara lain:
a. Tingkat pendidikan
Tingkat
pendidikan seseorang dapat dilihat dari penguasaan pengetahuan, sikap dan
keterampilan dalam penguasaan bidang ilmu tertentu. Dalam hal ini kecerdasan
intelektualnya (misalnya dalam hal menggunakan rumus-rumus matematika) akan
diikuti oleh sikap menghadapi permasalahan dan keterampilan menganalisis, dan
mencari alternatif pendekatan masalah. Semakin tinggi penguasaan derajad
intelektualitasnya maka semakin terbuka kemampuannya untuk meningkatkan
produktivitas kerjanya.
b. Tingkat pengetahuan
Tingkat
pengetahuan seseorang terkait dengan kompetensi dalam pekerjaannya. Pengetahuan
yang dikuasai tidak terbatas pada bidang ilmu-ilmu “keras” tetapi juga “lunak”
misalnya pengetahuan tentang komunikasi, inisiatif, kreativitas, dan konflik.
Selain itu, penguasaan pengetahuan tentang emosional dan spiritual dinilai
penting. Semakin tinggi tingkat pemahaman seseorang (terhadap
ilmu-ilmu keras dan lunak) maka semakin tinggi daya
inovatif dan produktifitas kerjanya.
c. Tingkat ketrampilan
Tingkat
keterampilan terkait dengan penguasaan penerapan ilmu dan pengetahuan dan
teknologi yang dimiliki seseorang yang dipraktekkan dalam pekerjaannya. Sama
halnya dengan tingkat pengetahuan maka penguasaan segi praktis di dalam
menerapkan ilmu-ilmu keras dan lunak dalam dunia nyata akan membantu seseorang
untuk mampu meningkatkan produktivitas kerjanya. Misalnya, seseorang yang
memiliki kemampuan berkomunikasi untuk mengatasi konflik (horisontal dan
vertikal) dengan orang lain, biasanya dapat diterima secara sosial.
Dengan kata lain dia memperoleh pengakuan sosial dan menjadi pendorong baginya
untuk meningkatkan kinerjanya.
d. Sikap-motivasi terhadap kerja
Sikap-motivasi
seorang karyawan terhadap pekerjaannya berpengaruh terhadap kinerja yang
dicapainya. Makin tinggi penghargaan dan dorongan seseorang terhadap
pelaksanaan pekerjaanya semakin tinggi kinerjanya. Dorongan ini dapat terjadi
karena adanya unsur sudut pandang yang positif terhadap pekerjaan, dorongan
untuk mencari nafkah dan karir, dan dorongan untuk memperoleh pengakuan sosial
dan pencapaian harga diri serta aktualisasi diri.
e. Tingkat pengalaman kerja
Pengalaman
seseorang dalam bekerja merupakan akumulasi dari keberhasilan dan kegagalan
serta gabungan dari kekuatan dan kelemahan di dalam melaksanakan pekerjaannya.
Dari pengalaman tersebut, seseorang memperoleh pembelajaran untuk berperilaku
yang lebih baik. Dengan demikian, pengalaman kerja merupakan kondisi yang
digunakan oleh seseorang di dalam proses umpanbalik untuk meningkatkan mutu
perencanaan, pelaksanaan dan hasil pekerjaannya. Hipotesisnya adalah semakin
banyak pengalaman kerja sesorang maka semakin tinggi pengetahuan,
sikap dan keterampilannya dalam bekerja yang pada gilirannya akn mampu
meningkatkan produktivitas kerjanya.
2.
Unsur
ekstrinsik (Xe), antara lain mencakup unsur:
a. Lingkungan keluarga
Lingkungan
keluarga yang dimaksud disini adalah sikap dan motivasi anggota suatu keluarga
di dalam memandang makna suatu pekerjaan. Interaksi dalam bentuk sosialisasi
keluarga yang intensif terhadap makna pekerjaan akan membantu setiap anggota
keluarga untuk mengoptimumkan SDM (human capital) dalam
bersaing memperoleh atau menciptakan lapangan kerja. Selain itu,
lingkungan keluarga yang kondusif akan mampu meningkatkan kinerja anggota
keluarganya.
b. Lingkungan sosial-budaya
Lingkungan
sosial budaya, seperti tingginya aspek kedisiplinan sosial, tanggung jawab
sosial dan sistem nilai tentang pekerjaan akan mendorong seseorang untuk
terlibat aktif dalam meningkatkan kinerjanya. Termasuk di dalamnya adalah memandang
mutu SDM sebagai salah satu budaya dan sekaligus kebutuhan setiap individu
masyarakat. Produktivitas sudah dipandang sebagai produk budaya untuk
meningkatkan martabat di antara warganya.
c. Lingkungan ekonomi
Lingkungan
ekonomi antara lain dicirikan oleh pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran,
derajad kemiskinan, penguasaan aset produksi, dan pendapatan perkapita.
Misalnya pendapatan perkapita dan kemiskinan yang di bawah standar hidup layak
akan mengakibatkan peluang penduduk untuk meraih tingkat pendidikan yang tinggi
dan kesehatan yang purna menjadi semakin sulit dicapai. Kondisi ini akan
mempengaruhi kinerja seseorang dalam bekerja yakni produktivitas di bawah
standar.
d. Lingkungan belajar
Lingkungan
belajar dapat dilihat dari perilaku masyarakat dalam hal mengikuti pendidikan
dan pelatihan. Apakah masyarakat menyadari pembelajaran sudah
menjadi kebutuhan dirinya dalam pengembangan energi sosialnya?. Selain itu
lingkungan belajar dicirikan pula oleh ketersediaan fasilitas belajar, jumlah dan
mutu instruktur, serta metode pembelajaran. Lingkungan belajar yang semakin
baik mendorong masyarakat untuk meningkatkan kualitas belajarnya sehingga akan
meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan serta produktivitas kerjanya.
e. Lingkungan kerja termasuk budaya
kerja
Lingkungan
kerja dibatasi pada tempat dimana seseorang bekerja. Suasana kerja dicirikan
oleh aspek-aspek budaya produktif, kepemimpinan, hubungan karyawan dengan
sesama rekan dan atasan, manajemen kinerja, manajemen karir, manajemen pendidikan
dan pelatihan, dan manajemen kompensasi. Beragam aspek lingkungan tersebut
sangat mempengaruhi motivasi, kepuasan dan kinerja kerja para karyawan.
f.
Teknologi
Teknologi
yang dimaksud disini dapat berupa teknologi lunak (intangible) dan teknologi keras
(tangible). Teknologi lunak berupa metode, teknik dan prosedur kerja. Sementara
teknologi keras berupa mesin-mesin atau alat-alat produksi. Dua
perangkat teknologi ini memiliki posisi sebagai unsur bantu atau instrumen dari
suatu proses produksi agar karyawan dapat meningkatkan produktivitasnya.
Ukurannya adalah efektivitas dan efisiensi. Semakin tinggi
kualitas atau efisiensi teknologi yang digunakan maka semakin tinggi
pula produktivitas kerja karyawan. Untuk itu dibutuhkan penguasaan pengetahuan
dan keterampilan mengoperasikan dan memelihara teknologi yang dipakai.
2.8 Semangat
Kerja
Hasley (2001) menyatakan bahwa semangat kerja atau moral
kerja itu adalah sikap kesediaan perasaan yang memungkinkan seorang karyawan
untuk menghasilkan kerja yang lebih banyak dan lebih tanpa menambah keletihan,
yang menyebabkan karyawan dengan antusias ikut serta dalam kegiatan-kegiatan
dan usaha-usaha kelompok sekerjanya, dan membuat karyawan tidak mudah kena
pengaruh dari luar, terutama dari orang-orang yang mendasarkan sasaran mereka
itu atas tanggapan bahwa satu-satunya kepentingan pemimpin perusahaan itu
terhadap dirinya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya darinya dan
memberi sedikit mungkin. Sedangkan Siswanto (2000, p.35), mendefinisikan
semangat kerja sebagai keadaan psikologis seseorang. Semangat kerja dianggap
sebagai keadaan psikologis yang baik bila semangat kerja tersebut menimbulkan
kesenangan yang mendorong seseorang untuk bekerja dengan giat dan konsekuen
dalam mencapai tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan. Menurut Nitisemito
(2002, p.56), definisi dari semangat kerja adalah kondisi seseorang yang
menunjang dirinya untuk melakukan pekerjaan lebih cepat dan lebih baik di dalam
sebuah perusahaan.
Aspek-aspek Semangat Kerja
Aspek-aspek semangat kerja perlu untuk dipelajari karena aspek-aspek ini mengukur tinggi-rendahnya semangat kerja. Menurut Maier (1999, p.180), seseorang yang memiliki semangat kerja tinggi mempunyai alasan tersendiri untuk bekerja yaitu benar-benar menginginkannya. Hal ini mengakibatkan orang tersebut memiliki kegairahan kualitas bertahan dalam menghadapi kesulitan untuk melawan frustasi, dan untuk memiliki semangat berkelompok.
Aspek-aspek semangat kerja perlu untuk dipelajari karena aspek-aspek ini mengukur tinggi-rendahnya semangat kerja. Menurut Maier (1999, p.180), seseorang yang memiliki semangat kerja tinggi mempunyai alasan tersendiri untuk bekerja yaitu benar-benar menginginkannya. Hal ini mengakibatkan orang tersebut memiliki kegairahan kualitas bertahan dalam menghadapi kesulitan untuk melawan frustasi, dan untuk memiliki semangat berkelompok.
Menurut Maier (1999, p.184), ada empat aspek yang
menunjukkan seseorang mempunyai semangat kerja yang tinggi, yaitu:
1.
Kegairahan
Seseorang yang memiliki kegairahan dalam bekerja berarti juga memiliki motivasi dan dorongan bekerja. Motivasi tersebut akan terbentuk bila seseorang memiliki keinginan atau minat dalam mengerjakan pekerjaannya. Yang lebih dipentingkan oleh karyawan adalah seharusnya bekerja untuk organisasi bukan lebih mementingkan pada apa yang mereka dapat. Seseorang akan dikatakan memiliki semangat kerja buruk apabila lebih mementingkan gaji daripada bekerja. Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa seseorang dengan gaji yang tinggi masih juga berkeinginan untuk pindah bekerja di tempat lain. Seseorang yang benar-benar ingin bekerja, akan bekerja dengan baik meskipun tanpa pengawasan dari atasannya dan juga mereka akan bekerja bukan karena perasaan takut tetapi lebih pada dorongan dari dalam dirinya untuk kerja yang tinggi akan menganggap bekerja sebagai sesuatu hal yang menyenangkan bukan hal yang menyengsarakan.
Seseorang yang memiliki kegairahan dalam bekerja berarti juga memiliki motivasi dan dorongan bekerja. Motivasi tersebut akan terbentuk bila seseorang memiliki keinginan atau minat dalam mengerjakan pekerjaannya. Yang lebih dipentingkan oleh karyawan adalah seharusnya bekerja untuk organisasi bukan lebih mementingkan pada apa yang mereka dapat. Seseorang akan dikatakan memiliki semangat kerja buruk apabila lebih mementingkan gaji daripada bekerja. Oleh karena itu tidak mengherankan bahwa seseorang dengan gaji yang tinggi masih juga berkeinginan untuk pindah bekerja di tempat lain. Seseorang yang benar-benar ingin bekerja, akan bekerja dengan baik meskipun tanpa pengawasan dari atasannya dan juga mereka akan bekerja bukan karena perasaan takut tetapi lebih pada dorongan dari dalam dirinya untuk kerja yang tinggi akan menganggap bekerja sebagai sesuatu hal yang menyenangkan bukan hal yang menyengsarakan.
2.
Kekuatan
untuk melawan frustasi
Aspek
ini menunjukkan adanya kekuatan seseorang untuk selalu konstruktif walaupun
sedang mengalami kegagalan yang ditemuinya dalam bekerja. Seseorang yang
memiliki semangat kerja yang tinggi tentunya tidak akan memilih sikap yang
pesimis apabila menemui kesulitan dalam pekerjaannya. Adanya semangat kerja
yang tinggi ditimbulkan karena adanya kesempatan yang diberikan oleh perusahaan
untuk mendapatkan ijin ketika menderita sakit.
Kualitas
untuk bertahan
3.
Aspek
ini tidak langsung menyatakan seseorang yang mempunyai semangat kerja yang
tinggi maka tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesukaran-kesukaran di dalam
pekerjaannya. Ini berarti adanya ketekunan dan keyakinan penuh dalam dirinya.
Gaji ataupun insentif yang tinggi yang diberikan oleh perusahaan mampu meningkatkan
semangat kerja karyawan, dan berpikir panjang jika ingin keluar dari
perusahaan. Tunjangan serta fasilitas yang diberikan oleh perusahaan mampu
merangsang semangat kerja karyawan untuk bekerja dengan sungguh-sungguh.
Keyakinan ini menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai energi dan kepercayaan
untuk memandang masa yang akan datang dengan baik, hal inilah yang meningkatkan
kualitas untuk bertahan. Ketekunan mencerminkan seseorang memiliki kesungguhan
dalam bekerja. Sehingga tidak menganggap bahwa bekerja bukan hanya menghabiskan
waktu saja, melainkan sesuatu yang penting.
4.
Semangat
kelompok
Semangat
kelompok menggambarkan hubungan antar karyawan. Dengan adanya semangat kerja
maka karyawan akan saling bekerja sama, tolong-menolong, dan tidak saling bersaing
untuk menjatuhkan. Semangat kerja menunjukkan adanya kesediaan untuk bekerja
sama dengan orang lain agar orang lain dapat mencapai tujuan bersama.
Lingkungan kerja yang baik, menciptakan suasana kerja yang baik pula,
kebersamaan diantara karyawan dengan membagi pekerjaan secara adil mampu
meningkatkan semangat kerja bagi karyawan itu sendiri
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah suatu process perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalianterhadap kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan,
pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pemberhentian sumber
daya manusia agar tercapai berbagai tujuan individu, organisasi dan masyarakat.
Untuk mengembangkan dan mengoptimalkan kapabilatas serta
kinerjanya, diperlukan suatu manajemen untuk mengelolanya. Manajemen tersebut
biasanya disebut dengan Manajemen Sumber Daya Manusia atau disingkat dengan
MSDM. Manajemen Sumber Daya Manusia dalam bahasa Inggris disebut dengan Human
Resources Management (HRM) sedangkan Departemen dalam organisasi yang mengelola
Sumber Daya Manusia disebut dengan Human Resouse Department atau disingkat dengan
HRD.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar