Rabu, 31 Oktober 2018

Paper about Report Text


PREFACE
A.    BACKGROUND
Sembilan bahan pokok (nine basic ingredients) or often abbreviated Sembako are nine types of basic needs of the community consisting of various food and beverage ingredients. According to the decree of the Minister of Industry and Trade No. 115 / mpp / kep / 2/1998 dated February 27, 1998, the nine basic commodities are rice, sago and corn, sugar, vegetables and fruits, beef and chicken, cooking oil and margarine, milk, eggs, kerosene or LPG gas, iodized salt and sodium.

These needs are constantly needed endlessly. These needs are the primary needs of the community. So that it can make those needs become scarce and the price is increasingly expensive.

All people from low to high economic levels certainly need basic needs to fullfil their every day needs. Therefore, Sembako has an important role in people's lives so that it is easily to be found in small shops, traditional markets, supermarkets to malls.

Therefore, we can know that selling basic necessities such as groceries is a promising business.


B.     GOAL 

  1. Train yourself in fostering an entrepreneurial spirit in college students
  2. Learning entrepreneurship.
  3.  Increase knowledge about community needs.
  4. Increase knowledge about basic needs.


C.     IMPLEMENTATION OF ACTIVITY
This activity is carried out continuously every day. The activity is being held in Kalimalang traditional market, Cakung. East Jakarta.




DISCUSSION
A.    THE TYPES OF PRODUCTS
The types of products we sell daily to people are Sembako (nine basic necessities) such as rice, sago, sugar, cooking oil, milk and other daily necessities.

B.     WHY WE CHOOSE THIS PRODUCT
Sembako are the primary needs of the Indonesian people that are needed every day and are used continuously. So that these products will always be sold out because for Indonesian people, this needs are the first need to be fulfilled.

C.     PROMOTION AND MARKETING STRATEGIES
We sell our products in traditional markets, so that our promotion and marketing strategies are done directly to buyers, considering that the market is a place of sale or transaction between traders and buyers.

D.    MANAGEMENT
We only sell finished goods, we do not make these items. So that makes us just a distributor who sells these items to consumers. The division of tasks in entrepreneurship is:
  1. Cashiers, namely those who receive payments and give change.
  2. Servants, namely those who collect goods desired by the buyer.

E.     OBSTACLE
  1. Competition with other groceries that sell similar products.
  2. Incomplete product variations.



CONCLUSION
Selling Sembako (basic needs necessities) is not easy as it imagined. As a seller, we should be careful. It requires strong attitude, mentality, and courage to take the risks that exist. Besides that, as a seller we also have to be creative and innovative in arranging items.



SUGGESTION
The suggestions that can be given is to find the right location and reachable location because if the location is not reachable then the shop will be empty of buyers.

Letter


Jakarta, October 31, 2020

Dear,
Human Resources Development
PT. Blue Sky Indonesia
Jakarta

Dear sir or madam,

In connection with a job offer as contained in www.doublejobdesk.com on 15 October 2020, I volunteered to join the team in the accounting section at PT. Blue Sky Indonesia.

I am 22 years old, unmarried, and has a very good health condition. I can speak English both orally and in writing. I have an educational background which is very satisfying, I fresh graduated from  Gunadarma University in 2020 and have a good accounting skill.

I used to work with computers mainly operate using MS Office Package applications, such as MS Excel, MS Word, MS Access, MS Power Point, Internet, and specialized accounting software such as MYOB and Zahir.

I hope Sir or Madam is willing to take the time to give an interview, so I can explain in more detail about my own potential.

Yours Sincerely,

Ayu Aisyah Amini

Kamis, 18 Oktober 2018

Financial Technology (FinTech)


Financial Technology (FinTech)

1.    Pengertian
     Financial technology/FinTech merupakan hasil gabungan antara jasa keuangan dengan teknologi yang akhirnya mengubah model bisnis dari konvensional menjadi moderat, yang awalnya dalam membayar harus bertatap-muka dan membawa sejumlah uang kas, kini dapat melakukan transaksi jarak jauh dengan melakukan pembayaran yang dapat dilakukan dalam hitungan detik saja.

2.    Sejarah financial technology

CIKAL BAKAL FINTECH DI DUNIA
     FinTech pertama kali muncul diawali dengan kemajuan teknologi industri. Perkembangan komputer beserta jaringan internet di tahun 1966 membuka peluang besar bagi para pengusaha finansial untuk mengembangkan bisnis secara global.
     Di era 80-an, bank mulai menggunakan sistem pencatatan data yang mudah diakses melalui jaringan komputer. Dari sinilah, cikal bakal Fintech dimulai dengan munculnya pula back office bank beserta fasilitas permodalan lainnya. Pada tahun 1982, E-Trade membawa fintech menuju arah yang lebih baik dengan mengizinkan sistem perbankan secara elektronik untuk investor. Model finansial ini semakin ramai digunakan berkat pertumbuhannya pada 1990. Salah satunya karena saham online yang dapat memudahkan investor untuk menanamkan modal.
     Tahun 1998 adalah masa ketika bank mulai mengenalkan online banking untuk para nasabahnya. Fintech pun menjadi primadona di masyarakat luas. Pembayaran yang praktis dan jauh berbeda dengan metode pembayaran konvensional membuat perkembangan fintech semakin gencar. Layanan finansial yang lebih efisien dengan menggunakan teknologi dan software dapat dengan mudah diraih dengan Fintech.

PERKEMBANGAN FINTECH DI INDONESIA
     Menurut statista.com para ahli keuangan di Eropa melihat banyak potensial yang dimiliki Fintech banyak berpengaruh dibidang “Pembayaran” 95% responden melihat perkembangan tersebut sangat mungkin terjadi. Nilai transaksi Fintech di pasar dunia telah mencapai US$ 1,025,519 M ditahun 2017, dan segmen pasar terbesar berada pada segmen pembayaran digital dengan nilai transaksi total US$ 738,340 M tahun 2017.
     Sistem pembayaran digital munjul sejak hadirnya kecanggihan transaksi e-commerce ( Sumanjeet, 2009). Pembayaran digital (e-Payment) menurut Shon dan Swatman (1998) merupakan pertukaran dana melalui saluran eletronik. E-payment membutuhkan koneksi internet untuk bekerja, sama dengan fungsi pada penggunaan dilingkungan perbankan elektronik (e-banking) dan belanja elektronik (e-shopping).
     Di Indonesia telah banyak muncul perusahaan startup yang memakai jasa layanan Fintech dan berbasis teknologi digital seperti seperti Gojek, Grab, dan Uber. Di Indonesia Fintech dikenal lebih baik jika dibandingkan dengan bisnis konvensional yang memiliki citra yang biasa saja dan kaku. Fintech menggunakan teknologi, software, dan Big Data. Usaha Fintech juga menggunakan data dari sosial media, seperti aktivitas sosial media yang dapat dijadikan bagian dari analisis resiko. Fintech memiliki image “menghancurkan” terhadap bidang perbankan, akan tetapi usaha Fintech dibentuk untuk memberikan solusi bagi masyarakat bukan untuk merusak usaha lain.

3.    Jenis-jenis Fintech
Fintech Indonesia memiliki banyak jenis, antara lain startup :
·         pembayaran,
·         peminjaman (lending),
·         perencanaan keuangan (personal finance),
·         investasi ritel,
·         pembiayaan (crowdfunding),
·         remitansi,
·         riset keuangan.
Berikut ini daftar perusahaan-perusahaan startup pembayaran (Payments) Fintech Indonesia. Di Indonesia perusahaan startup pembayaran (Payments) Fintech yang paling banyak didominasi oleh:
·       Perusahaan pembayaran, seperti: Veritrans, DoKu, Kartuku, iPay88, Easypay, MCpayment, Padipay, Kinerjapay.com, Truemoney, Faspay, Fasapay, Xendit, Espay, Wallezz, Cashlez, Mimopay, Indopay, Firstpay, IPaymu.com, Ovo, Nicepay, Hellopay, Kesles, 
·      Mobile payments company seperti Sakuku BCA, Dompetku Indosat Ooredoo, Uangku SmartFren, Dimo, Mynt, Matchmove
·         Gift Card : GCI Indonesia
·         BitCoin : BitX.co
·     Electronic Money : Sepulsa.com, Davestpay.com, GoPay, Indomog, Kudo, Ayopop.
·         Bebas Transfer : Kliring.co.id, SudahTransfer, Flip, 
·         Bayar Tagihan : Paybill.id, SatuLoket.com
·         Lainnya : Ainosi



4.    Meta Analisis

No.
Penulis
Tahun
Variabel
Metode
Hasil
1.
Chitra Laksmi Rithmaya
2016
Independen : Kemudahan Penggunaan, Kemanfaatan, Sikap, Risiko & Fitur Layanan.
Dependen:  Minat Ulang Nasabah Bank BCA
Kuantitatif
Kemudahan Penggunaan (X1), Kemanfaatan (X2), Sikap (X3), Risiko (X4), dan Fitur layanan (X5) berpengaruh signifikan terhadap minat ulang nasabah dalam menggunakan internet banking.
2.
Basrah Saidani,  Laksmi Anggana Raras dan
Shandy Aditya
2018
Independen :  Brand Awareness, Product Quality dan Ease Of Use.

Dependen:
 Customer Perceived Value
kuantitatif
Pernyataan Hipotesis satu (H1) diterima atau Brand Awareness berpengaruh positif - signifikan pada Customer perceived value, sedangkan pernyataan Hipotesis kedua (H2) diterima atau Product Quality berpengaruh positif - signifikan pada Customer perceived value, dan pernyataan Hipotesis ke-tiga (H3) diterima atau Ease of Use berpengaruh positif - signifikan pada Customer perceived value.
3.
Riana Fatmawati dan
Tony Seno Aji
2018
Independen:
Return On Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Ukuran bank, Non Performing Loan (NPL), Pertumbuhan ekonomi, Jumlah cabang bank.

Dependen: tingkat
efisiensi bank umum konvensional.
Kuantitatif
Hasil tahap 1 : terdapat bank yang mengalami inefisiensi selama periode penelitian dan ada beberapa bank yang mencapai efisiensi maksimum pada tahun tertentu saja. Sedangkan bank yang efisien 100% selama periode penelitian antara lain: Bank Central Asia Tbk, Bank Negara Indonesia Tbk, Bank Mandiri Tbk, Bank Danamon Tbk, dan Bank of India Indonesia Tbk.
Hasil tahap 2 : (1) Return On Assets (ROA) berpengaruh terhadap tingkat efisiensi bank umum konvensional. (2) Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh terhadap tingkat efisiensi bank umum konvensional. (3) Ukuran bank berpengaruh terhadap tingkat efisiensi bank umum konvensional. (4) Non Performing
Loan (NPL) berpengaruh terhadap tingkat efisiensi bank umum konvensional. (5) Pertumbuhan Ekonomi tidak berpengaruh terhadap tingkat efisiensi bank umum konvensional. (6) Cabang bank tidak berpengaruh terhadap tingkat efisiensi bank umum konvensional.
4.
Maghfira
2018
Independen:
Kepercayaan

Dependen:
Penggunaan Go-Pay.
Kuantitatif

Berdasarkan hasil penelitian seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan yaitu :
1. Besarnya persepsi risiko, menurunkan kepercayaan pengguna terhadap Go-Pay.
2Semakin tinggi kepercayaan pengguna terhadap Go-Pay, maka akan meningkatkan persepsi
pengguna terhadap manfaat menggunakan Go-Pay.
3. Semakin tinggi kepercayaan pengguna terhadap Go-Pay, maka akan meningkatkan persepsi pengguna terhadap kemudahan menggunakan Go-Pay.
4. Tingginya persepsi pengguna terhadap risiko penggunaan Go-Pay, maka akan menurunkan penggunaan Go-Pay.
5. Semakin tinggi persepsi pengguna terhadap manfaat menggunakan Go-Pay,
maka semakin tinggi penggunaan Go-Pay.
6. Semakin tinggi persepsi pengguna terhadap kemudahan, maka semakin
tinggi penggunaan Go-Pay.
7. Persepsi manfaat dan kemudahan terbukti dapat menjadi variabel
intervening (part mediation) terhadap variabel independen kepercayaan pada variabel dependen penggunaan Go-Pay. Sedangkan persepsi risiko
tidak mampu menjadi variabel intervening.
5.
Ramon Adianto Djunanto dan Frederik Samuel Papilaya
2018
Independen:
Content,
Accuracy,
Format,
Ease Of Use,
Timeliness,
System Speed,
System Reliability.

Dependen:
kepuasan pengguna sistem BDS

Kuantitatif
EUCS dapat digunakan dalam mengidentifikasi tingkat kepuasan pengguna sistem terhadap sistem BDS yang ada pada perusahaan bank swasta di Indonesia.


Dari keempat jurnal dan satu skripsi diatas, dapat kita lihat bahwa sebagian besar objek dari semua penelitian ialah Bank. Dilihat dari sudut pandang pengunaan Internet Banking, tingkat efisiensi bank umum konvensional, kepuasan pengguna terhadap system DBS dan persepsi penilaian pengguna terhadap kemudahan pengunaan serta lainnya. Selain Bank yang digunakan sebagai objek oleh para penelti, ada objek lainnya lagi yaitu pengguna Go-Pay. Penelitian mengenai Pengguna Go-Pay dilihat dari persepsi pengguna mengenai kepercayaan, risiko dan manfaat. Variable independent dan dependen dari kelima jurnal tersebut bervariasi mengenai, persepsi pengguna, kepercayaan, minat, kepuasan dan tingkat efisiensi. Rentang waktu kelima penelitian tersebut ialah 2016-2018. Kelima penelitian tersebut menggunakan metode yang sama yakni kuantitatif. Metode kuantitatif ialah metode yang menggunakan data numerik dan menekankan proses penelitian pada pengukuran hasil yang objektif menggunakan analisis statistik.

Daftar Pustaka :